Terjebak di Lift dan Pelajarannya





Ketika aku dan teman teman sedang duduk-duduk seraya makan di kantin kampus untuk menunggu kuliah yang dimulai jam 9 (saat itu jam 8.30). Saat kami sedang asik-asiknya berbincang, berbunyilah setiap handphone teman-temanku, kecuali aku hehe. Kebetulan pada saat itu aku sedang tidak punya kuota internet. Ternyata ada chat di grup, salah satu temanku yang sudah ada di kelas mengatakan bahwa sudah ada dosen di kelas. Kami pun buru-buru bergegas menghampiri lift. Kami naik dari lantai 1 ke lantai 6 menggunakan lift. Tiba tiba, saat melewati lantai 3, lift tersebut macet dan berhenti. Kami berlima (aku, Dona, Grasela, Vitha, dan Emi) yang sedang di lift langsung panik. Jantungku juga jadi berdegup kencang. Aku tidak suka tempat yang sempit dan sumpek, apalagi dengan status terjebak dan tidak tau bagaimana cara keluar. Dua orang temanku berteriak panik.

“kamu sih ah, main main.” Kata seorang temanku pada yang lain (dan tertuduh memang sedang bercanda sesaat kejadian itu).

“aih, maafkan aku teman teman.” Kata tertuduh.

“Kamu bukan temanku.” Kata seorang lain yang sedari tadi masih terlihat tenang.

Tertuduh yang memang berbadan besar mencoba membuka pintu lift agar paling tidak kami bisa keluar. Tapi percuma, sebab posisi kami sudah melewati pintu lantai 2 dan pintu yang dilantai 2 itupun tidak bisa kami buka dari dalam. Lalu tertuduh itu menutup kembali pintu lift.

“Kayaknya ini kalo ada yang menekan tombol dari luar liftnya bisa jalan deh.” Kata seorang yang lain lagi. “Aku coba telpon teman yang masih nongkrong di lorong.”

Setelah beberapa saat,

“Aih, gak diangkat ni…”

Lalu kami menekan bel alarm tapi belum juga mendapat respon.

“Kita menyedihkan yah…” kataku sambil memelas.

Aku saat itu jadi teringat film kartun yang pernah aku tonton. Dalam film itu, seseorang terjebak di lift tapi kemudian ada seorang anak acrobat yang mendengar alarmnya. Anak acrobat tersebut lalu memanjat melalui dinding dan muncul di lift dari atas untuk member bantal dan radio serta menyuruh mereka untuk tenang sebab dia akan mencari pertolongan dan akhirnya anak tersebut memanggil pemadam kebakaran. Aku berandai andai saat itu kejadian itu bisa terjadi padaku juga. Sayangnya, ketika aku melihat ke atas, atap lift tempatku terjebak ini tidak bisa dibuka begitu saja seperti yang di film kartun. Pupus sudah harapanku.

Beberapa saat kemudian, terdengar seorang bapak memanggil, “Liftnya macet yah?”

Kami lalu berteriak, “Iya, pak…”

“di mana?”

“Lantai 3.”

“ada berapa orang di sana?”

“5 orang”

“tunggu sebentar yah…”

Seorang temanku berkata, “Kita akan selamat… eh, ngomong ngomong, aku jadi inget, Bu Aida pernah terjebak di lift juga kan?”

Aku jadi teringat seorang dosenku, saat akan mengajar di kelasku, beliau terjebak di lift, dan liftnya terus bergerak naik turun dari lantai 3 ke lantai 4. Saat aku mendengar cerita itu pertama kali, itu hal yang lucu untuk membayangkan kepanikan yang dirasakan dosenku itu. Namun sekarang, setelah mengalami sendiri, hal itu menjadi tidak lucu lagi. Itu sangat mengerikan! Terjebak di lift yang tidak bisa berhenti dan hanya seorang diri.

“Lebih serem bu Aida kali. Ibu hanya seorang diri dan terjebak di lift yang tidak bisa berhenti. Kita mending, liftnya berhenti dan kita berenam.” Kata temanku yang lain.

Setelah 30 menit (dengan pembulatan), kami akhirnya terselamatkan. Posisi kami hanya beberapa inchi di atas lantai, sehingga ketika pintu terbuka, kami masih bisa loncat untuk keluar dari lift di lantai 3. Kami melanjutkan perjalanan menuju lantai 6 dengan naik tangga.

Akhirnya kami tiba di lantai 6, alhasil kami ngos-ngosan karena kelelahan. Setelah keluar, kami menertawai kejadian yang menimpa kami itu karena kami sadar betul itu adalah akibat dari perbuatan usil temanku yang sejak tadi jadi tertuduh. Jujur, saat keluar lift, jantungku masih berdetak dengan cepat. Efek takut yang dialami tadi masih belum bisa hilang begitu saja.

Pelajaran yang kudapat disini adalah, jangan menertawakan kemalangan yang dialami orang lain, apa lagi itu orang tua. Sebab kemalangan itu bisa menimpa diri kita juga…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehilangan Dompet dan Pelajarannya

Unpam Murah tapi Berkualitas

Mahasiswa Terdiam seperti Patung dan Mahasiswa Tertidur